Sabtu, 16 Oktober 2010

Musik anak jalanan yang terlahir karena cerita hidup mereka.
Bukankah itu suatu kreasi anak bangsa yang patut di banggakan??

Brosur AnjarDotCom

CONTOH SKHUN


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

LEMBAR PENGESAHAN



KEPALA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
DAN TIM PENYUSUNAN KURIKULUM
SDN XXX



TELAH MENGESAHKAN DAN MEMBERLAKUKAN
KURIKULUM SDN XXX
TAHUN PELAJARAN 2010-2011




DISAHKAN DI : XXX
PADA TANGGAL : 12 Juli 2010

Ketua Komite Sekolah Kepala Sekolah




Xxxxxxxxxx Xxxxxxxxxx
NIP: XXX



a.n.KEPALA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA
DAN OLAHRAGA
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
KEPALA BIDANG PENDIDIKAN DASAR




XXXXXXXXXXXXXXXX
NIP. XXXXXXXXXX





KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, inayah dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita masih bisa melakukan tugas dengan baik dalam menyusun KTSP untuk meningkatkan mutu prndidikan.

Penyusunan Kurikulum Sekolah Dasar Negeri XXX, sebagai bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimaksudkan sebagai kurikulum operasional dalam pembelajaran baik yang diselenggarakan di dalam kelas maupun di luar kelas. Untuk menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah, sangat diperlukan semangat, kemampuan, kemauan, dan kerja sama dari komponen pelaksana pendidikan terutama kepala sekolah, guru, komite sekolah, maupun nara sumber (konselor). Dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lampung Timur yang berpedoman pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Dasar Negeri XXX masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami memerlukan binaan, bimbingan, serta masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya KTSP Sekolah Dasar Negeri XXX Kecamatan labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur untuk Tahun Pelajaran 2010-2011.

XXX, 12 Juli 2010
Kepala Sekolah




Xxxxxxxxxx
NIP: XXX




DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL 0
LEMBAR PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Landasan 4
C. Tujuan Penyusunan Kurikulum 4
D. Prinsip Pengembangan Kulrikulum 5
Bab II. VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN 7
A. Visi 7
B. Misi 8
C. Tujuan Sekolah 8

BAB III. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM 11
A. Struktur Kurikulum 11
B. Muatan Kurikulum 11
1. Mata Pelajaran 11
2. Muatan Lokal 17
3. Pengembangan Diri 19
4. Kegiatan Pembiasaan 20
5. Pengaturan Beban Belajar 20
6. Standar Ketuntasan Belajar Minimal 21
7. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan 22
8. Pendidikan Kecakapan Hidup
9. Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa 22
10. Pendidikan Berbasis Keunggulan Global dan Lokal 23

BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN 24
BAB V. PENUTUP 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi kedesentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada beberapa asfek pendidikan termasuk kurikulum. Dalam kaitan ini kurikulum sekolah dasar pun menjadi perhatian dan pemikiran-pemikiran baru sehingga mengalami perubahan-perubahan kebijakan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana proses pembelajaran dan pengaturan mengenai ujian, isi, dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

Untuk menyikapi tantangan dan harapan ini, maka SDN XXX dengan sungguh-sungguh menciptakan pengelolaan pendidikan dengan diawali membuat atau menyusun kurikulum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan sekolah.

Hal ini selaras dengan apa yang disaratkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 Ayat (2) yang ditegaskan bahwa Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar pemikiran itu maka dikembangkan apa yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

B. Landasan

Kurikulum SDN XXX dilandasi beberapa ketentuan dengan tata urutan antara lain sebagai berikut :
1. UUD 1945 Pasal 31
2. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. PP Nomor 74 tahun 2008 tentangt Guru
5. Kepmendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
6. Kepmendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
7. Kepmendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Kepmendiknas
Nomor 22 dan 23.
8. Permen Diknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah.
9. Permen Diknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah.
10. Inpres Nomor 1 tahun 2010 tentang RPJM 2010 – 2014
11. Proghram 100 hari Kementrian Pendidikan Nasional tentang penyempurnaan
Kurikulum dan Metodologi Pembelajaran Aktif berdasarkan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa.
C. Tujuan Penyusunan Kurikulum

Kurikulum SDN XXX disusun dengan maksud untuk dijadikan acuan bagi semua komponen yang terlibat dalam pengelolaan dan peningkatan mutu pendidikan SDN XXX dalam tahun pelajaran 2010-2011 yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta kedudukan setiap komponen yang terlibat di dalamnya.

Selain itu agar setiap komponen yang ada di SDN XXX memiliki persepsi yang sama dan sinergi dalam mewujudkan visi, misi yang telah menjadi kesepakatan bersama, sehingga peserta didik SDN XXX menjadi siswa yang berkompeten, terdidik, berbudaya, dan berakhlak mulia serta diakui keberadannya oleh masyarakat seiring dengan perkembangan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah kondisi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar, dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyususunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral
berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak
diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, tehnologi
dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi
kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
Termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan ketrampilan pribadi, ketrampilan berpikir,
ketrampilan social, ketrampiulan akademik, dan ketrampilan vokasional
keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan, dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan
informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)











BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN

A. VISI

Berdasarkan Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur yaitu :
“ TERCIPTANYA KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG MAMPU MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR ( BASIC NEEDS ) BAGI SELURUH LAPISAN MASYARAKAT KABUPATEN LAMPUNG TIMUR SERTA MEMILIKI DAYA SAING YANG TINGGI DI BIDANG EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, ILMU PENGETAHUAN, DAN TEHNOLOGI”

Serta mengacu pada Visi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Lampung Timur yaitu :” MEWUJUDKAN APARATUR PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA YANG PROFESIONAL, YANG BERKUALITAS UNTUK MENCIPTAKAN SDM YANG CERDAS DAN KOMPETITIF,MENUJU MASYARAKAT MADANI DI BUMEI TUAH BEPADUN”

Serta mengacu pada Visi Koordinator Pelaksana Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kecamatan Labuhan Maringgai yaitu : ” TERWUJUDNYA SUMBER DAYA MANUSIA
YANG BERIMAN, BERTAQWA, CERDAS, TRAMPIL, DAN DAPAT MENGUASAI
ILMU PENGETAHUAN DAN TEHNOLOGI SERTA BERWAWASAN
KEBANGSAAN, MANDIRI DAPAT BERSAING DI ERA GLOBALISASI”

Maka Visi SDN XXX adalah sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA PESERTA DIDIK YANG CERDAS DALAM BIDANG PENGETAHUAN DAN MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG POSITIF BAGI SISWA-SISWI SDN XXX, UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA YANG MEMILIKI KECERDASAN, PENGETAHUAN AKADEMIK, KETRAMPILAN ATAU KECAKAPAN, BERBUDI PEKERTI LUHUR, DAN BERAKHLAK MULIA”

Pada kalimat visi ini terdapat beberapa kata esensial yang perlu mendapat kejelasan
yaitu :

• Positif
• Cerdas
• Bidang pengetahuan
• Kecakapan hidup
• Berbudi pekerti
• Berakhlak mulia

Untuk menyamakan persepsi perlu dijelaskan makna kata esensial tersebut di atas sebagai berikut :




1. Positif
Dapat membuat peserta didik aman dan nyaman berada di lingkungan
sekolah sehingga dapat mendorong terciptanya pelaksanaan proses belajar mengajar baik.
2. Cerdas
Kemampuan peserta didik dalam mengaktualisasikan potensinya ketika
menghadapi berbagai tantangan kehidupan sehari - hari serta mampu
memecahkan berbagai permasalahan yang sedang dihadapinya.

3. Bidang pengetahuan
Kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi akademis berdasarkan
kompetensi dasar yang terdapat dalam standar isi, dan pengembangannya
sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

4. Kecakapan hidup
Kemampuan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya sehingga mampu
berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

5. Berbudi pekerti
Kemampuan peserta didik dalam bertindak dan berprilaku yang bersumber
pada norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Sehingga dalam pergaulan dengan siapapun dan dimanapun dapat beradaptasi dan bertata krama yang dihargai orang lain, serta dapat membedakan hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari.

6. Berakhlak mulia
Perwujudan dari berakhlak mulia adalah peserta didik mempunyai kemampuan berfikir, bertutur kata, dan bertindak yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

7. Berbudaya
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berfkir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berfikir, keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya yang digunakan dalam kehidupan manusia makhluk sosial.

8. Berkarakter Bangsa
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil interaksi berbagai kebijakan (vitues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.



B. MISI

Dalam rangka mewujudkan visi di atas, maka yang akan diemban oleh SD Negeri XXX adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan minat baca, tulis, dan berhitung serta pengetahuan sosial berdasarkan pada kompetensi dasar dan pengembangannya.
2. Mewujudkan pembelajaran yang aktif, inofatif, kreatif, efektif, dan bermagna.
3. Membiasakan perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di
4. Masyarakat seperti : sikap saling tolong-menolong, dan saling menghormati.
5. Meningkatkan mutu lulusan yang siap bersaing di jenjang pendidikan berikutnya.
6. Membiasakan untuk berfikir aktif, kreatif fan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
7. Membiasakan siswa untuk berwira usaha dan berekonomi kreatif dalam prilaku kehidupan sehari-hari.



C. Tujuan Pendidikan

1. Tujuan Umum
Tujuan Pendidikan Dasar yang tercantum pada peraturan pemerintah nomor
19 tahun 2005 sebagai berikut :
“Meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia serta
ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.

2. Tujuan Khusus
Upaya untuk mencapai keberhasilan visi dan misi pendidikan SD Negeri XXX maka tujuan khusus yang ingin dicapai sebagai berikut :
a. Peningkatan Minat Baca :
• Meningkatkan pengelolaan dan melengkapi sarana perpustakaan.
• Menjalin kemitraan dengan Koordinator Pelaksanaan Dinas Pendidikan (KPD) dan Perpustakaan Daerah.
• Mewajibkan peserta didik membiasakan membaca 20 menit sebelum pelajaran dimulai.
• Membiasakan menceritakan kembali isi buku.
• Mengadakan ajang kreatifitas siswa di bidang membaca.

b. Peningkatan Mutu Menulis :
• Menggalakan menulis halus pada buku garis tiga.
• Membiasakan menulis dengan rapi dan benar tanpa menimbulkan rasa takut salah pada diri siswa.
• Mengadakan ajang kreatifitas menulis (mengarang).



c. Peningkatan Mutu Berhitung :
• Memperbanyak latihan berhitung, diawali dari perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan.
• Pemahaman dan ketrampilan konsep lebih ditingkatkan.
• Mencongak lebih ditingkatkan.
• Pekerjaan rumah tentang berhitung lebih digalakan.
• Mengadaka ajang kreatifitas di bidang berhitung.
• Mengikuti lomba Olympiade matematika.

d. Peningkatan Mutu Pelajaran IPA :
• Memanfatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
• Meningkatkan fungsi KIT IPA.
• Mengikuti Olympiade IPA.
• Mengikuti ajang kreatifitas bidang Ilmu Pengetahuan Alam.
• Meningkatkan ketrampilan proses dalam pelajaran IPA.

e. Peningkatan Mutu Pengetahuan Sosial :
• Memperbanyak contoh-contoh kdalam kehidupan social.
• Meningkatan penguasaan Peta Wilayah Indonesia.
• Meningkatkan pemahaman tentang sejarah Indonesia.
• Pembiasaan nilai rela berkorban, persatuan, kerja sama, harga menghargai, dan cinta tanah air.

f. Peningkatan Mutu IMTAQ :
• Peningkatan pemahaman mushola untuk praktik ibadah.
• Mengintegrasikan PAI dalam semua mata pelajaran.
• Meningkatkan prekuensi praktik mata pelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari.
• Memanfaatkan bulan Romadhon untuk kegiatan sholat.
• Mengikuti ajang kreatifitas bidang agama Islam.
• Meningkatkan kebiasaan peserta didik dalam, membaca Al-Qur’an, sholat berjamaah, dan menutupi aurot dengan baik dan benar.
• Membiasakan berdo’a sebelum dan sesudah belajar.

g. Peningkatan Mutu Muatan Lokal :

1. Mulok Wajib : Bahasa Lampung
• Peserta didik setiap jam mulok bahasa Lampung diwajibkan berkomunikasi menggunakan bahasa Lampung.
• Meningkatkan peserta didik untuk berani berkomunikasi dengan bahasa Lampung sesuai kaidah yang berlaku.
• Mengadakan dikte bahasa Lampung.
• Meningkatkan minat baca bahasa Lampung.
• Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap penggunaan bahasa Lampung.

2. Mulok Pilihan
a. Bahasa Inggris (Kelas III-Kelas VI)
• Meningkatkan kemampuan percakapan bahasa Inggris.
• Membiasakan penulisan bahasa Inggris.
• Meningkatkan latihan penyususnan kalimat dalam bahasa Inggris.
• Mengikuti ajang kreatifitas bahasa Inggris.


b. Ketrampilan Baca Tulis Al-Qur’an
• Mengenalkan tulisan Arab sebagai bahasa Al-Qur’an.
• Mengenalkan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an.
• Meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis dan membaca Al-Qur’an.



g. Peningkatan Mutu Muatan Lokal :
• Pengembangan : Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berprilaku baik; ini bagi pesetta didik yang telah memiliki sikap dan prilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.
• Perbaikan : memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
• Penyaring : untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan budaya karakter bangsa yang bermartabat.




BAB III

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. Struktur Kurikulum


No
Komponen Alokasi Waktu
Kelas
1 2 3 4 5 6
A Mata Pelajaran


T
E
M
A
T
I
K


T
E
M
A
T
I
K


T
E
M
A
T
I
K
1 Pendidikan Agama 3 3 3
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 5 5 5
4 Matematika 5 5 5
5 Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3 3
7 Seni Budaya dan Keterampilan 4 4 4
8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, Kesehatan 4 4 4
B Mulok:
a. Bahasa Lampung 2 2 2
b. Bahasa Inggris 2 2 2
c. Baca Tulis Alqu’an 2 2 2
d. Komputer 2
Jumlah 29 30 32 36 36 38

C Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*) 2*) 2*)
D Pembiasaan 2*) 2*) 2*) 2*) 2*) 2*)
E Pendidikan budaya dan karakter Bangsa 2*) 2*) 2*) 2*) 2*) 2*)

*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
Keterangan :
1. 1 (satu) jam pelajaran Alokasi Waktu 35 menit
2. Kelas 1, 2, dan 3 pendekatan Tematik
3. Kelas 4, 5 dan 6 pendekatan mata pelajaran .
4. Sekolah dapat memasukan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal dan global yang merupakan bagian dari mata pelajaran yang diunggulkan dan sesuai karakteristik daerah yaitu pertanian, peternakan, dan perikanan.

B. Muatan Kurikulum

1. MATA PELAJARAN

A. Pendidikan Agama Islam
1. Tujuan:
Pendidikan Agama Islam di SDN XXX bertujuan untuk :
• Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada kepada Allah SWT.
• Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi :
• Al-Qur’an dan Hadist.
• Akidah
• Akhlak
• Tarikh dan kebudayaan islam.

3. Standar Isi
Kelengkapan Standar Isi dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 22
tahun 2006 yang telah dikodipikasikan.


B. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
1. Tujuan:
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
• Berpikir secara kritis, rasional, dan kretif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
• Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
• Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
• Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Ruang Lingkup :
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi asfek-asfek antara lain sebagai berikut :
• Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi : hidup rukun dalam perbedaan cinta lingkungan, merasa bangga sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Indonesia, parttisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positip terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
• Norma-norma untuk mencapai suatu keadilan yang berlaku dalam system hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun norma-norma di dunia internasionalbisa dijunjung tinggi, dihormati dan dilaksanakan.
• Hak asasi manusia menjadi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.

3. Standar Isi
Kelengkapan Standar Isi dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 22
tahun 2006 yang telah dikodipikasikan.


C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Tujuan:
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
• Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis
• Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan negara
 Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannyaa dengan tepat dan kretif untuk berbagai tujuan
 Memahami Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan social
 Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
 Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai Khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia


2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi komponen
kemampuan berbahasa, dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-
aspek sebagai berikuit :
• Mendengarkan
• Berbicara
• Membaca
• Menulis
Pada akhirnya di SDN XXX, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan non sastra.

3. Standar Isi
Kelengkapan Standar Isi dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 22
tahun 2006 yang telah dikodipikasikan.
D. Mata Pelajaran Matematika
1. Tujuan:
Mata Pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
 Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram lain, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
 Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2. Ruang Lingkup
Mata Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek
sebagai berikut :
• Bilangan
• Geometrid an pengukuran
• Pengolahan data

3. Standar Isi
Kelengkapan Standar Isi dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 22
tahun 2006 yang telah dikodipikasikan.


E. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

1. Tujuan:
Mata Pelajaran IPA di SDN XXX bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
• Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Ynag Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
• Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
• Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
• Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
• Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
 Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
• Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

2. Ruang lingkup
Mata Pelajaran untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
• Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
• Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.
• Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, megnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
• Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, tata surya, dan benda-benda langit lainnya..

3. Standar Isi
Kelengkapan Standar Isi dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 22
tahun 2006 yang telah dikodipikasikan.

F.Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Tujuan:
Mata Pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
• Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
• Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
• Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
• Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

2. Ruang Lingkup
Mata Pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
• Manusia, tempat, dan lingkungan
• Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
• Sistem sosial dan budaya
• Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

3. Standar Isi
Kelengkapan Standar Isi dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 22
tahun 2006 yang telah dikodipikasikan.
G. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
1. Tujuan:
Mata Pelajaran seni budaya dan ketrampilan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
• Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan
• Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan
• Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan
• Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global

2. Ruang Lingkup
Mata Pelajaran seni budaya dan ketrampilan meliputi aspek-aspek sebagai
berikut :
• Seni rupa, mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dansebagainya.
• Seni musik, mencakup kemampuan untuk mnguasai olah vokal,
memainkan alat musik, apresiasi karya musik.
• Senu tari, mencakup ketrampilan gerak berdasarkan olah tubuh tanpa
rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.
• Seni drama, mencakup ketrampilan pementasan dengan memadukan
seni musik, seni tari dan peran.
• Ketrampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skils) yang
meliputi ketrampilan personal, ketrampilan sosial, ketrampilan vokasional, dan ketrampilan akademik.

3. Standar Isi
Kelengkapan Standar Isi dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 22
tahun 2006 yang telah dikodipikasikan.


H. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
1. Tujuan:
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujua agar perseta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
• Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup
sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
• Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih
baik
• Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
• Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi
nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
• Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis
• Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
• Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang
bersih sebagai infortmasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif

2. Ruang Lingkup
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
• Permainan dan olahraga, meliputi : Olahraga tradisional, permainan
eksplorasi gerak, ketrampilan lokomotor, non lokomotor dan manipulatip, atletik, kasti, rondes, kipperes, sepak bola, bola basket, bola voly, tennis meja, tennis lapangan, bulu tangkis dan bela diri, serta aktivitas lainnya.
• Aktivitas pengembangan meliputi : mekanika sikap tubuh komponen
kebugaran jasmani dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
• Aktivitas senam meliputi : ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa
alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
• Aktivitas ritmik meliputi : gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam
aerobic, serta aktivitas lainnya.
• Aktivitas air meliputi : permainan di air, keselamatan air, ketrampilan
bergerak di air, renangn serta aktivitas lainnya.
• Pendidikan luar kelas meliputi : karya wisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah, dan menfdakli gunung.
• Kesehatan meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu istirahat yang tepat, dan berperan aktip dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri dan secara inplisit masuk ke dalam semua aspek.

3. Standar Isi
Kelengkapan Standar Isi dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 22
tahun 2006 yang telah dikodipikasikan.



2. MUATAN LOKAL

1. Mulok Wajib : Bahasa Lampung

a. Tujuan:
Mata Pelajaran Bahasa Lampung bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
• Berkomonikasi efektif dan efisien sesuai dengan etika / tata krama yang berlaku baik secara lisan maupun tulisan.
• Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Lampung sebagai bahasa daerah sendiri.
• Memahami bahasa Lampung dan menggunakannya dengan tepat dan kreatip serta tidak merasa malu menggunakan bahasa daerahnya sendiri.
• Menggunakan Bahasa Lampung untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.
• Menikmati dan memanfatkan karya sastra Lampung untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti karena bahasa Lampung merupakan bahasa rasa. Serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
• Menghargai dan membanggakan sastra Lampung sebagai hasanah budaya dan intelektual orang Lampung.

b. Ruang Lingkup
Mata Pelajaran Bahasa Lampung Mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
• Mendengarkan ( ndengai)
• Berbicara (bebalah)
• Membaca (membaco)
• Menulis (menulis)
• Apresiasi Sastra

Pada akhirnya pendidikan di sekolah dasar peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya 3-5 buku sastra dan non sastra.


2. Muatan Lokal Pilihan
a. Mata Pelajaran Bahasa Inggris

1. Tujuan:
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SDN XXX diberikan
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
• Mengembangkan kompetensi berkomonikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan dalam kontek sekolah.
• Memiliki kesadaran pentingnya Bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing antar bangsa dalam masyarakat global.

2. Ruang Lingkup
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SDN XXX mencakup :
kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam kontek sekolah,
yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
• Mendengarkan (listening)
• Berbicara (speaking)
• Membaca (reading)
• Menulis (writing)
Ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran komunikasi lisan.

b. Ketrampilan Komputer

1. Tujuan:
• Meningkatkan pemahaman simbol-simbol program window dan excel
• Meningkatkan ketrampilan mengetik dengan excel Microsoft word dan power point
• Mengikuti ajang kreatifitas ketrampilan computer
• Mengenal sejak dini teknologi Informasi dan Komunikasi.
• Membekali siswa agar dapat biasa bersaing di masa yang akan datang.
• Memberikan bekal dasar agar memiliki kompetensi dalam bidang komputer.
• Membekali kecakapan hidup peserta didik agar memiliki kemampuan dalam bidang komputer.

2. Ruang Lingkup
Muatan lokal keterampilan computer di SDN XXX mencakup kemampuan dasar tentang computer dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi :
• Perangkat computer dan fungsinya.
• Pemahaman konsep, pengetahuan dan operasi dasar.
• Pengolahan Informasi untuk produktifitas.
• Pemecahan masalah eksplorasi dan komunikasi.
Keterampilan computer ini diarahkan untuk menunjang pembelajaran Bahasa dalam Informasi dan komunikasi secara tertulis.

c. Bahasa Arab/ Baca Tulis Al-Qur’an

1. Tujuan:
• Mengenalkan tulisan arab sebagai tulisan Al-Qur’an
• Mengenalkan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an
• Meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis dan membaca Al-Qur’an.


2. Ruang Lingkup



3. PENGEMBANGAN DIRI

1. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ini disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik, yang terdiri
atas :

a. Kewiraan meliputi :
• Pramuka
• UKS
• Pengelolaan warung sekolah

b. Olahraga terdiri dari :
• Volly bal
• Senam Irama
• Sepak bola
• Tolak peluru
• Lompat
• Bulu Tangkis

c. Seni
• Seni musik dan vocal
• Seni tari

2. Bimbingan dan Konseling
• Kelompok belajar
• Penyuluhan masalah sosial
• Bimbingan karir
• Pemberian layanan khusus yang berkaitan dengan minat dan bakat peserta didik.


4. KEGIATAN PEMBIASAAN

Merupakan proses pembentukan akhlaq dan penanaman/ pengamalan ajaran agama Islam serta budi pekerti.
• Berbaris dan periksa kuku sebelum masuk kelas
• Berdo’a bersama pada awal dan akhir pelajaran
• Senandung sholawat Nabi
• Peringatan hari-hari besar Islam
• Pesantren Ramadhan
• Sholat berjama’ah
• Membudayakan pengucapan salam Islami
• Membudayakan cium tangan kepada orang tua/guru
• Makan atau minum tidak dengan berdiri
• Penanamaan disiplin waktu dan berpakaian
• Pembentukan kesadaran nasional dengan upacara bendera setiap hari Senin.
• Menjaga kebersihan lingkungan


Kegiatan Contoh
Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadual - Piket Kelas
- Ibadah
- Berdo’a sebelum dan sesudah pemebelajaran di kelas
- Bakti Sosial
Spontan, adalah kegiatan tidak terjadual dalam kejadian khusus - Memberi dan menjawab salam
- Meminta maaf
- Berterima kasih
- Mengunjungi orang yang sakit
- Membuang sampah pada tempatnya
- Menolong orang yang sedang dalam kesusahan
- Melerai pertengkaran
Ketaladanan, adalah kegiatan dakam prilaku sehari-hari - Penugasan peserta didik secara bergilir
- Menaati tatatertib (disiplin, taat waktu, taat pada peraturan)
- Berpakaian rapih dan bersih
- Menepati janji
- Pengendalian diri yang baik
- Memuji pada orang yang jujur
- Mengakui kebenaran orang lain
- Mengakui kesalahan diri sendiri
- Berani mengambil keputusan
- Berani berkata benar
- Melindungi kaum yang lemah
- Membantu kaum yang fakir
- Membela kehormatan bangsa
- Mengembalikan barang yang bukan miliknya.


5. PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebijakan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebijakan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau idiologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

1. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa adalah :

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan prilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang relegius;
3. menanamkan jiwa kepmimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa,
4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

2. Ruang Lingkup Materi :
- Agama : nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
- Pancasila : Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga negara.
- Budaya : tidak ada manusia hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam kumunikasi antar anggota masyarakat tersebut.
- Tujuan Pendidikan Nasional : tujuan pendidikan adalah sumber yang paling operasional dalam mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan ketiga sumber yang disebutkan di atas.

Tabel 1 Nilai dan diskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa




NILAI DISKRIPSI
1. Relegius Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Prilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarainya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, ekonomi dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
Komonikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain
14. Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senagng dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
NILAI DISKRIPSI
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, linbgkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.


6. PENGATURAN BEBAN BELAJAR

Beban belajar yang digunakan adalah sistem paket sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum, yaitu:

Kelas Satu jam pembelajaran Tatap muka / menit Jumlah Jam Pembelajaran Per-minggu Minggu Efektif Per-Tahun Pelajaran Waktu Pembelajaran
Per-Tahun Jumlah Jam Pertahun
@ 60 menit
1 35 29 38 1102/38570 643
2 35 30 38 1140/39900 665
3 35 32 38 1216/42560 709
4 35 36 38 1444/50540 842
5 35 36 38 1444/50540 842
6 35 36 28 1444/50540 842

Pengaturan Jadual kegiatan pembelajaran diatur sebagai berikut:

Hari Kegiatan Waktu
Senin Upacara
Kegiatan belajar mengajar 07.00-07.30
07.30-12.05
Selasa Kegiatan belajar mengajar 07.30-12.05
Rabu Kegiatan belajar mengajar 07.30-12.05
Kamis Kegiatan belajar mengajar 07.30-12.05
Jum’at Senam pagi Indonesia
Kegiatan belajar mengajar 07.00-07.30
07.30-10.40
Sabtu Kegiatan Belajar Mengajar
Ekstra Kurikuler pengembangan diri 07.30-10.40
10.55-12.05



7. STANDAR KRETERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

Jika tingkat ketuntasan minimal permata pelajaran untuk tiap kelas tidak sama maka tabelnya sebagai berikut :

NO KOMPONEN Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
I II III IV V VI

A









B





C
Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Seni Budaya dan Ketrampilan
8. Pejas Olahraga dan Kesehatan

Muatan Lokal
1. Bahasa Lampung
2. Bahasa Inggris
3. Ketrampilan Komputer
4. Baca Tulis Al-Qur’an

Pengembangan Diri
1. Pramuka
2. Seni Budaya
3. Olahraga


70 %
65 %
70 %
60 %
65 %
60 %
70 %
70 %


70 %
-
-
-


70 %
65 %
70 %
60 %
65 %
60 %
70 %
70 %


70 %
-
-
-


70 %
65 %
65 %
60 %
65 %
60 %
70 %
70 %


70 %
-
-
-


70 %
65 %
65 %
60 %
65 %
60 %
70 %
70 %


70 %
60 %
60 %
65 %


70 %
65 %
65 %
60 %
65 %
60 %
70 %
70 %


70 %
60 %
60 %
65 %


75 %
65 %
60 %
60 %
65 %
60 %
70 %
70 %


70 %
60 %
60 %
65 %





8. KRTERIA KENAIKAN KELAS dan KELULUSAN

a. Kriteria Kenaikan Kelas:
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran.

Kriteria kenaikan kelas sebagai berikut :
• Siswa dinyatakan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang diikuti.
• Nilai raport diambil dari nilai pengamatan, nilai harian, nilai tugas/PR, nilai tes tengah semester, dan nilai tes akhir semester dijumlahkan untuk untuk mencari nilai rata-rata setiap siswa dalam satu mata pelajaran, dan telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada semua indikator, KD dan SK pada semua mata pelajaran.
• Pada Semester dua, tidak mempunyai nilai prestasi kurang dari KKM yang ditetapkan oleh sekolah.
• Rata-rata nilai kepribadian B (baik) atau A (baik sekali)

b. Kriteria Kelulusan
Mengacu pada standar penilaian yang dikembangkan oleh BSNP PP 19/2005 Pasal 72 Ayat 1 dan standar penilaian sekolah, yaitu peserta didik dinyatakan lulus apabila :
• Menyeleseaikan seluruh program pembelajaran,
• Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
• Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tehnologi, dan
• Lulus Ujian Nasional.

9. PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

Pendidikan kecapan hidup dalam pengembangannya terintegrasi dengan semua mata pelajaran. Aspek kecakapan hidup yang dikembangnkan meliputi :
Kecakapan kepribadian, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.

Rincian aspek kecakapan hidup yang dikembangkan antara lain :

a. Kecakapan Pribadi ( personal )

• Memberi salam dan bersalaman kepada teman dan guru,
• Membaca do’a sebelum dan sesudah belajar,
• Membaca Al-Qur’an surat-surat pendek pilihan,
• Praktik sholat berjamaah,
• Absensi setiap hari sebelum masuk sekolah.

b. Kecakapan Sosial

• Menyumbangkan hasil infak peserta didik kepada fakir miskin,
• Menjenguk teman yang sedang sakit,
• Mengadakan kerja bakti membersihkan sampah,
• Menghargai pendapat teman dalam kegiatan belajar di kelas,
• Mengadakan kunjungan ke panti asuhan /panti jompo.

c. Kecakapan Akademik

• Meningkatkan lomba-lomba siswa berprestasi,
• Mengikuti Olimpiyade,
• Mengikuti PORSENI,
• Mengadakan wajib membaca buku 10 menit sebelum belajar,
• Menerapkan pembelajaran aktif dan bermakna.

10. PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN GLOBAL DAN LOKAL

a. Pendidikan Berbasis Keunggulan Global
Menyikapi tantangan era globalisasi yang semakin besar, arus informasi semakin
cepat dan persainag semakin kuat. Kiranya perlu SDN XXX mempersiapkan sejak dini berbagai kegiatan yang ikut bersaing dalam era tersebut.

Kegiatan tersebut antara lain :
• Pembelajaran bahasa Inggris lebih ditingkatkan,
• Peningkatan pemahaman arti Al-Qur’an surat-surat pendek kelas 1-6,
• Memberikan pemahaman dampak informasi dari media.

b. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
Wilayah Kabupaten Lampung Timur merupakan daerah pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, juga termasuk daerah wisata. Maka untuk menyikapi tantangan yang dihadapi saat ini serta perlu melestarikan keunggulan daerah, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan pendidikan berwawasan lokal diantaranya :
• Bidang pertanian yang menjadi ciri khas SDN XXX akan diusahakan semaksimal mungkin menjadi media pembelajaran di berbagai mata pelajaran,
• Seni daerah dilatihkan kepada peserta didik dalam kegiatan ekstra kurikuler,
• Bahasa Lampung sebagai bahasa ibu dijadikan mata pelajaran tersendiri dalam intrakurikuler,
• SDN XXX sebagai daerah relegius, maka peserta didik diwajibkan mampu membaca dan menulis Al-Qur’an.
• Teknologi Komputer sebagai media informasi dan komunikasi, maka peserta didik diwajibkan untuk mampu mengoperasionalkan.
BAB IV

KALENDER PENDIDIKAN SDN XXX
TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Kalender Pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun pelajaran. Kalender Pendidikan mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, efektif fakultatif, dan hari libur.

A. SEMESTER I

BULAN SEMESTER I SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU JUMLAH KEGIATAN
JULI 2 2 2 3 3 3 15 12-14 Juli MOS Kelas I
AGUSTUS 4 3 3 4 4 4 22 9-11 Agst awal Romadhon 1431
SEPTEMBER 2 2 3 3 2 3 15 6-17 Sept libur hari raya 1431 H
OKTOBER 4 4 4 4 5 5 26 4-9 Oktb UTS Semester I
NOVEMBER 5 5 3 4 4 4 25 -
DESEMBER 2 1 3 3 3 3 15 6-11 Desb UAS I 18 Dsb Bgi Rpt I
JUMLAH 19 17 18 21 21 22 118

SEMESTER II

BULAN SEMESTER II SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU JUMLAH KEGIATAN
JANUARI 5 4 4 4 4 4 25 -
FEBRUARI 4 4 3 3 4 4 22 -
MARET 4 5 5 5 4 3 26 21-26 Mrt UTS smt 2
APRIL 4 4 4 3 4 5 24 18-23 Apr LUAS
25-30 Uji Praktik
MEI 5 4 4 4 4 4 25 2-7 Mei UASBN
JUNI 2 2 3 2 3 3 15 6-11 Juni UKK 2
18 Juni Bgi Raprt
JUMLAH 24 23 23 21 23 23 137


BAB V

PENUTUP


Dari uraian di atas diharapkan pelaksanaan Kurikulum SDN XXX ini bisa menciptakan suasanan pembelajaran di sekolah yang bersifat mendidik, mencerdaskan, membangkitkan kreativitas anak, efektif, demokratis, menantang, dan menyenangkan serta mengasikkan. Dengan semangat itulah Kurikulum SD Negeri XXX ini akan menjadi pedoman yang dinamis bagi penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar Negeri XXX Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

Kurikulum SDN XXX ini masih banyak kekurangan, sekolah akan mengevaluasi dan merevisi setiap tahun serta diharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan di masa yang akan datang.

Harapan kami mudah-mudahan Kurikulum SD Negeri XXX Kecamatan Labuhan Maringgai dapat dimanfaatkan sebagai pedoman pengembangan pendidikan umumnya di Kabupaten Lampung Timur.


XXX, 12 Juli 2010
Kepala Sekolah




Xxxxxxxxxx
NIP: XXX

MODEL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI KOMPETENSI SISWA

MODEL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI KOMPETENSI SISWA
DISADUR ULANG DARI KARYA TULIS Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. dosen tetap pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung

Abstrak: Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Model belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Kata Kunci: model belajar, model pembelajaran, potensi siswa, kompetensi, life skill, suasana belajar
A. Pendahuluan
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.
Tulisan sederhana ini sengaja dibuat untuk para guru, yang saya hormati dan saya banggakan, untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, semoga dengan sajian sederhana ini dapat dijadikan bekal untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, sehingga kualitas amal sholehnya melalui profesi guru menjadi meningkat pula. Tulisan ini membahas tentang kompetensi siswa sesuai tuntutan kurikulum untuk sekedar mengingatkan, model-model belajar agar memahami benar bagaimana siswa belajar yang efektif, dan model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri.


B. Kompetensi Siswa
Kompetensi (competency) adalah kata baru dalam bahasa Indonesia yang artinya setara dengan kemampuan atau pangabisa dalam bahasa Sunda. Siswa yang telah memiliki kompetensi mengandung arti bahwa siswa telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, ia telah bisa melakukan (psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu yang telah dimilikinya, yang pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill). Inilah hakikat pembelajaran, yaitu membekali siswa untuk bisa hidup mandiri kelak setelah ia dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena ia telah memiliki komptensi, kecakapan hidup. Dengan demikian belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui dan memahami.
Kompetensi siswa yang harus dimilki selama proses dan sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis, observasi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan masalah), kemampuan afektif (pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer, kompetensi / kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan profesional (akademik, terutama kognitif) disebut dengan hard skill, yang berkontribusi terhadap sukses individu sebesar 40 % . Sedangkan kompetensi lainnya yang berkenaan dengan afektif dan psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian, sosialisasi, dan pengendalian diri disebut dengan soft skill, yang berkontribusi sukses individu sebesar 60%. Suatu informasi yang sangat penting dan sekaligus peringatan bagi kita semua.
C. Model-model Belajar
Uraian berikut ini adalah untuk menjawab pertanyaan, bagaimana siswa belajar? Dengan memahami uraian ini, guru (kita) bisa menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan kondisi siswa. Bukankah pemberian harus diselaraskan dengan mereka yang akan menerima pemberian sehingga dapat bermanfaat secara optimal, dan tidak sebaliknya.
Model-model belajar yang dimaksud pada judul di atas adalah berbagai cara-gaya belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari-hari antar sesama temannya atau orang yang lebih tua. Dengan memahami model-model belajar ini, diharapkan para guru (kita semua) dapat membelajarkan siswa secara efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Ada berbagai model belajar yang akan dibahas, yaitu:
1. Peta Pikiran
Buzan (1993) mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata (konsep) Bajuri, maka akan terkait dengan kata lain secara fungsional, seperti gemuk, supir bajay, kocak, sederhana, atau ke tokoh lain Oneng, Ema, Ucup, Hindun, dan lain-lain dengan masing-masing karakternya. Demikian pula kata dalam pikiran kita terlintas FKIP Universitas Langlangbuana Bandung akan terkait alamatnya, pejabatnya, dosen-dosen dan staf administrasi, dan besar penghargaan untuk perkuliahan per-sks. Silakan anda mencoba menuliskan / menggambarkan peta pikiran tentang Bajuri dan FKIP Unla di atas. Kalau dibuat narasinya akan ada perbedaan redaksi, meskipun dengan makna yang tidak berbeda.
Dalam bidang studi keahlian anda, misalnya ambil satu materi dalam pelajaran Matematika, Akuntansi, Agama, atau yang lainnya. Silakan buat (tulis-gambar) peta pikiran yang terlintas kemudian narasikan secara lisan. Tulisan atau gambar peta pikiran tersebut dinamakan dengan peta konsep (concept map).
Selanjutnya Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat catatan kreatif yang merupakan peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing. Dengan demikian konsep mendapat retensi yang kuat dalam pikiran, mudah diingat dan dikembangkan pada konsep lainnya. Belajar dengan menghafalkan kalimat lengkap tidak akan efektif, di samping bahasa yang digunakan menggunakan gaya bahasa penulis. Mengingat hal itu, sajian guru dalam pembelajaran harus pula dikondisikan berupa sajian peta konsep, guru membumbuinya dengan narasi yang kreatif.
Selanjutnya, Buzan mengemukakan bahwa kemampuan otak manusia dapat memproses informasi berupa bahasa sebanyak 600 – 800 kata permenit. Dengan kemampuan otak seperti itu dibandingkan dengan kemampuan komputer sangat tinggi. Jika benar-benar dimanfaatkan secara optimal, setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran diri dalam segala hal. Hanya sayang banyak orang yang mengabaikannya atau digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat untuk peningkatan kualitas diri, misalnya berangan-angan, menonton, mengobrol atau bercanda tanpa makna. Bagaimana dengan anda?.
2. Kecerdasan Ganda
Goldman (2005) mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan, terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan. Kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan bila tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitasa negatif, misal kenakalan atau lamunan, inlah yang disebut dengan sia-sia atau mubadzir (at tubadziru minasy-syaithon).
Sebaliknya jika tuntutan kerja otak tinggi akan terjadi kecemasan-kelelahan. Kondisi ini akan bisa dinetralisir dengan relaksasi melalui penciptaan suasana kondusif, misalnya keramahan, kelembutan, senyum-tertawa, suasana nyaman dan menyenangkan, atau meditasi keheningan dengan prinsip kepasrahan kepada sang Pencipta. Dengan demikian aktivitas otak kiri semestinya dibarengi dengan aktivitas otak kanan.
Sel syaraf pada otak kiri berfungsi sebagai alat kecerdasan yang sifatnya logis, sekuensial, linier, rasional, teratur, verbal, realitas, ide, abstrak, dan simbolik. Sedangkan sela syaraf otak kanan berkaitan dengan kecerdasan yang sifatnya acak, intuitif, holistic, emosional, kesadaran diri, spasial, musik, dan kreativitas. Penting untuk diketahui bahawa kecerdasan intelkektual berkontribusi untuk sukses individu sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosional sebesar 40%, siswanya sebanyak 40% dipengaruhi oleh hal lainnya.
Ary Ginanjar (2002) dan Jalaluddin Rahmat (2006) mengukakan kecerdasan ketiga, yaitu Kecerdasan Spiritual (nurani-keyakinan) atau kecerdasan fitrah yang berkenaan dengan nilai-nilai kehidupan beragama. Sebagai orang beragama, kita semestinya berkeyakinan tinggi terhadap kecerdasan ini, bukankah ada ikhtiar dan ada pula taqdir, ada do’a sebagai permintaan dan harapan, dan ibadah lainnya. Bukankan ketentraman individu karena keyakinan beragama ini.
Gardner (1983) mengemukakan tentang kecerdasan ganda yang sifatnya mulkti dengan akronim Slim n Bill, yaitu Spacial-visual , Linguistic-verbal, Interpersonal-communication, Musical-rithmic, natural, Body-kinestic, Intrapersonal-reflective, Logic-thinking-reasoning.

3. Metakognitif
Secara harfiah, metakognitif bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berfikir, berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pikiran terdahulu. Sharples & Mathew (1998) mengemukakan pendapat bahwa metakognitrif dapat dimanfaatkan untuk menerapkan pola pikir pada situasi lain yang dihadapi.
Kemampuan metakognitif setiap individu akan berlainan, tergantung dari variabel meta kognitif, yaitu kondisi individu, kompleksitas, pengetahuan, pengalaman, manfaat, dan strategi berpikir. Holler, dkk. (2002) mengemukakan bahwa aktivitas metakognitif tergantung pada kesadaran individu, monitoring, dan regulasi.
Komponen meta kognitif menurut Sharples & Mathew ada 7, yaitu: refleksi kognitif, strategi, prediksi, koneksi, pertanyaan, bantuan, dan aplikasi. Sedangkan Holler berpendapat tentang komponen metakognitif, yaitu: kesadaran, monitoring, dan regulasi.
Metakognitif bisa digolongkan pada kemampuan kognitif tinggi karena memuat unsure analisis, sintesis, dan evaluasi sebagai cikal bakal tumbuhkembangnya kemampuan inkuiri dan kreativitas. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran semestinya membiasakan siswa untuk melatih kemampuan metakognitif ini, tidak hanya berpikir sepintas dengan makna yang dangkal.
4. Komunikasi
Siswa dalam belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadiannya, ada individu yang memiliki pribadi positif dan ada pula yang berkpribadian negatif.
Perhatikan hasil penelitian Jack Canfield (1992), untuk kita simak dan renungkan, bahwa seorang anak ayang masih polos-natural, setiap hari biasa menerima 460 komentar negatif dan 75 koentar positif dari oarng yang lebih tua dalam kehidupannya. Akibatnya sungguh mengejutkan, anak yang pada awalnya secara alami penuh keyakinan, keberanian, suka tantangan, ingin mencoba, ingin tahu dengan pengaruh komunikasi negatif yang lebih dominant dari orang sekelilingnya, ternyata lama kelamaan keyakinannya terguncang dan rasa percaya dirinya menurun, sehingga dia tumbuh menjadi penakut, pemalu, ragu-ragu, menghindar, membiarkan, dan cemas. Dampak selanjutnya pada waktu bwersekolah, belajar menjadi beban dan rasa ercaya dirinya berkurang. Makin lama ia makin dewasa, pribadinya berpola negative, seperti pesimis, m\udah menyerah, dikendalikan keadaan , prasangka, pembenaran, menimpakan kesalahan, dan sibuk dengan alasan. Berbeda dengan individu yang memiliki pribadi positif, yaitu optimis, mengendalikan keadaan, ada kebebasan memilih, punya alternative, partisipatidf, dan mau memperbaiki diri.
Sebagai guru, tentunya akan berhadapan dengan siswa yang berkepribadian negative seperti di atas dan tentunya tidak untuk dibiarkan karena profesi guru adalah amanat. Bagaimanakh menghadapi siswa dengan pola pribadi seperti irtu? Caranya anatar lain dengan cara tidak memvonis, katakana “saya ….” bukan katanya, jangan sungkan untuk apologi jika kesalahan, tumbuhkan citra positif, bersikap mengajak dan bukan memerintah, dan jaga komunikasi non verbal (eksprsi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok panutan). Mengapa demikian? Karena cara berkomunikasi akan langsung berkenaan dengan akal dan rasa, yang selanjutnya mempengaruhi poses pembelajaran.
5. Kebermaknaan Belajar
Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi).
Dalam bahasa Sunda ada pepatah “pok-pek-prak” yang berarti bahwa belajar mempunya indikator berkata-pok (bertanya-menjawab-diskusi,presentasi). Mencoba-pek (menyelidiki, meng-identifikasi, menduga, menyimpulkan, menemukan), dan melaksanakan-prak (mengaplikasikan, menggunakan, memanfaatkan, mengembangkan). Tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro (1908) mengemukakan tiga prinsip pembelajaran ing ngarso sung tulodo (jadi pemimpin-guru jadilah teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso (dalam pembelajaran membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), tut wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill sehingga mereka menjadi pribadi mandiri). Dengan perkataan lain, pembelajaran adalah solusi tepat untuk pelaksanaan kurikulum 2006, dan bukan dengan kegiatan mengajar.
Selanjutnya, Vernon A Madnesen (1983) san Peter Sheal (1989) mengemukakan bahwa kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cbelajar. Jika belajar hanya dngan membaca kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70 %, da belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan besa mencapai 90%.
Drai uraian di atas implikasi terhadap pembelajaran adalah bahwa kegiatan pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukuop dengan mendengar dan melihat, tepai harus dengan hands-on, minds-on, konstruksivis, dan daily life (kontekstual).
6. Konstruksivisme
Dalam paradigma pembelajaran, guru menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, berkonjektur, menggeneralisasi, dan inkuiri dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang disajikan. Sehingga jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa tidak lagi bersifat transmisi sehingga menimbulkan imposisi (pembebanan), melainkan lebih bersifat negosiasi sehingga tumbuh suasana fasilitasi.
Dalam kondisi tersebut suasana menjadi kondusif (tut wuri handayani) sehingga dalam belajar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuan dan opengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak melalui pemberitahuan oleh guru. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri ang mengemasnya. Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang satu dengan siswa lainnya berbeda, atau mungkin terjadi eksalahan, di sinilah tugas guru memberikan bantuan dan arahan (scalfolding) sebagai fasilitator dan pembimbing. Keslahan siswa merupakan bagian dari belajar, jadi harus dihargai karena hal itu cirinya ia sedang belajar, ikut partisipasi dan tidak menghindar dari aktivitas pembelajaran.
Hal inilah yang disebut dengan konstruksivisme dalam pembelajaran, dan memang pembelajaran pada hakikatnya adalah konstruksivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnbya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Agar konstruksicvisme dapat terlaksana secara optimal, Confrey (1990) menyarankan konstruksivisme secara utuh (powerfull constructivism), yaitu: konsistensi internal, keterpaduan, kekonvergenan, refeleksi-eksplanasi, kontinuitas historical, simbolisasi, koherensi, tindak lanjut, justifikasi, dan sintaks (SOP).
7. Prinsip Belajar Aktif
Ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangakan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajart, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.
Dari indikator belajar aktif, sesuai dengan pengertian kegiatan pembelajaran di atas, maka prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa harus sebaga subjek, belajar dengan melakukan-mengkomunikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja individual-kelompok,diskusi, presentasi, tanya-jawab, sehingga terpuku rasa tanggung jawab dan disiplin diri.
Prinsip belajar yang dikemuakan leh Treffers (1991) adalah memiliki indikatro mechanistic (latihan, mengerjakan), structuralistic (terstrutur, sitematik, aksionmatik), empiristic (pngelaman induktif-deduktif), dan realistic-human activity (aktivitas kehidupan nyata). Prisip tersebut akan terwujud dengan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan keterlibatan intelektual-emosional, kontekstual-trealistik, konstruksivis-inkuiri, melakukan-mengkomunikasikan, dan inklusif life skill.
D. Model-model Pembelajaran
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adlaha menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
13. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
14. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
15. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16. TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
17. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
18. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
19. Jigsaw
Model p[embeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, iformasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
20. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
21. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi
23. CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
24. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25. TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
26. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh
28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.
29. MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembnelajaran yang mengutyamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep
30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.
31. CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.
32. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
33. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.
34. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
35. IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya
36. Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
37. Artikulasi
Artikulasi adlah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
38. Debate
Debat adalah model pembalajaranb dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.
39. Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.
40. Talking Stick
Suintak p[embelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41. Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi
42. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43. Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44. Demostration
Pembelajaran ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
46. Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
47. Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
48. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pembelaarn seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
49. Mind Mapping
Pembelajara ni sangat cocok untuk mereviu pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababn, presentasi hasuil diskusi kelompok, siswa membuat ksimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
50. Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.
51. Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
52. Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
53. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.
54. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.
55. Generatif
Basi gneratif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi
56. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
57. Complette Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: sisapkan blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.
58. Concept Sentence
Proseduirnya adalah poenyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tia kelompok membeuat kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.
59. Time Token
Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
60. Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
61. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.
62. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.
63. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
64. Kumon
Pembelajarn dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.
65. Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.
E. Penutup
Kehidupan akan terasa indah ap[abila ada variasi, sebaliknya akan terasa membosankan jika segalanya monoton tak berubah. Perubahan kea rah perbaikan adalah tuntutan alamiah yang menjadi kebutuhan setiap insane dalam setiap kehidupan.
Manusia telah dibekali akal dan rasa untuk berkreasi, menciptakan inovasi, agar segalanya berubah ke arah yang lebih baik dengan ikhtiar mulai dari diri sendiri. Begitu pulal dalam pembelajaran, penciptaan suasan kondusif perlu dilakukan, karena unsur rasa dalam berpikir selalu turut serta dan tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa cemas, tidak lagi takut dalam berpartisipasi, tidak lagi dirasakan sebagai kewajiban, melainkan memnjadi kesadaran dan kebutuhan, dalam suasana perasaan yang nyaman dan menyenangkan.
Salah satu cara untuk menciptakan suasan yang nyaman dan menyenangkan sert terhndar dari kevbiosanan adalah dengan memahami dan melaksanakan model belajar yang dilakukan siswa, komunikasi positif yang efektif, dan model pembelajaran yang inovatif. Semoga.



Daftar Pustaka
Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.
Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan University.
Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.
Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.
De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.
Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.

Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-FPMIPA.
Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.
Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

Theme For Nokia S60 3rd

Comments